Utusan ASNLF Ikut Pawai Self
Determination Di Brussel
Bendera Atjeh Berkibar dalam Pawai Self Determination Di Brussel |
Brussels – Delegasi Acheh-Sumatra National
Liberation Front (ASNLF) bersama ribuan simpatisan aktivis demokrasi dan Hak
Asasi Manusia melakukan demonstrasi damai di taman Jubelpark, ibukota Belgia,
Brussel, Minggu 30 Maret 2014. Demonstrasi yang diselenggarakan oleh
International Commission of European Citizens sebagai bentuk dukungan moral dan
usahanya untuk menyatukan para aktifis dari empat penjuru dunia yang sedang
berjuang menuntut hak penentuan nasib sendiri (Self Determination) untuk bangsa-bangsa
mereka.
Informasi yang didapat dari koordinator lapangan pawai,
Wilfried Haesen, demonstrasi dan simpatisannya terdiri ribuan orang dan mereka
diwakili oleh 12 bangsa-bangsa yang sedang menuntut penentuan nasib sendiri
seperti utusan dari Aceh, Britania, Catalonia, Euskal Herria, Lombardia, Skotlandia,
Sardinia, Sisilia, Silecia, Süd Tirol, Veneto, Flanders.
Delegasi
ASNLF
Sementara itu delegasi ASNLF turut hadir ketua Presidiumnya,
Ariffadhillah di Jerman yang datang langsung ke ibukota Belgia, Brussels.
Menurut Arif yang dihubungi melalui sambungan telepon Viber, dia menegaskan
keikutsertaan ASNLF di Brusels kali ini sebagai solidaritas bahwa hak penentuan
nasib sendiri adalah hak dasar dan universal.
”Tidak
sepatutnya negara ataupun pemerintah manapun menghalangi keinginan bangsa Aceh
untuk menjalankan hak yang termaktub dalam berbagai hukum international ini,”
kata Ariffadhillah, Minggu (30/3) di sela-sela keikutsertaan pawai damai
tersebut.
”Bahkan
bangsa Aceh punya alasan dan bukti kuat menurut hukum international, bukan
hanya untuk memperjuangkan hak penentuan nasib, juga hak untuk melepaskan
diri,” tambahnya lagi.
ASNLF adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh Tgk Hasan
Tiro pada tahun 1976. Sepeninggalnya pada 3 Juni 2010, organisasi tersebut
kembali diaktifkan setelah rapat selingkup dunia bangsa Aceh di Denmark pada
6-8 April 2012.
Brussels adalah pusat dari ibukota negara Eropa karena
disana terdapat parlemen Uni Eropa yang terdiri dari 28 anggota negaranya.
Dalam demonstrasi tersebut para utusan organisasi pembebasan dan simpatisannya
kebanyakan membawa bendera masing-masing dan spanduk bertuliskan ”Catalunya is
not Spain”.
Saking antusiasnya sampai rombongan warga Catalunya terbang
langsung dari Barcelona ke Brussels. Sedangkan perwakilan UNPO (Unrepresented
Nations and Peoples Organization) di Brussels menyambut baik kehadiran
perwakilan ASNLF sehingga diberikan apresiasi dengan menyebut nama Aceh beserta
perwakilan bangsa lain yang hadir di atas podium oleh panitia.
Dalam uraiannya, Ariffadhillah menjelaskan bila misi yang
sedang dijalankan oleh ASNLF adalah sepenuhnya menyangkut kelangsungan hidup
bangsa Aceh, sebagaimana telah uraikan dalam pernyataan kembali kemerdekaan
Aceh pada 4 Desember 1976.
Tuntutan hak menentukan nasib sendiri atau melepaskan diri
sedang bergulir, tidak hanya di belahan dunia yang sedang berkembangan di Asia
dan Afrika, tapi juga di negara-negara Eropa yang telah mapan, seperti Venesia
di Italia, Catalunya dan Basque di Spanyol, Skotlandia di Inggris.
Sebagai buktinya, Arif membeberkan bila baru-baru ini rakyat
Venesia sudah melaksanakan Referendum secara online, dengan hasil mayoritas
untuk kemerdekaan Venesia dari Italia. Di akhir percakapan teleponnya, mantan
dosen Unsyiah tersebut menambahkan bila dalam tahun ini juga akan berlangsung
Referendum untuk menentukan nasib sendiri di Catalonia dan Skotlandia. Pawai
damai yang mengelilingi pusat kota Brussels itu bermula tengah hari hingga sore
tanpa ada pengawalan polisi setempat.
|
Laporan Asnawi Ali |